Cerpen Jusuf AN
(Pernah dimuat di Minggu Pagi)
SUDAH aku katakan pada Abah, meski Nina tak cantik tapi hatinya baik. Abah tetap tak setuju. "Abah tak ingin setelah kamu menikah masih plerak-plerok sama wong wedok," katanya sembari mengembalikan foto Nina padaku.
"Abah senang punya menantu berhari busuk?" suaraku mengambang di antara puji-pujian yang menggema dari menara masjid samping rumahku.
"Qalbu masih bisa dibersihkan, Frengky." Abah menepuk betisku. "Kau tidak malu dengan Robert, kalau bojomu seperti itu?"
"Kenapa mesti malu? Frengky tresno Nina, Bah."
"Kalau kau ga' bisa cari yang lebih ayu, biar Abah yang carikan…" Abah beranjak dari duduknya setelah melihat jam dinding. Sebelum ia hilang di balik pintu aku mengejarnya.
"Jangan! Jangan, Bah! Frengky bisa cari sendiri… ."