Kiat Menulis Fiksi Sains (Prolog)

Kiat Menulis Fiksi Sains (Prolog)

Jika seseorang merasa bahwa mereka tidak pernah melakukan kesalahan selama hidupnya, maka sebenarnya mereka tidak pernah mencoba hal-hal baru dalam hidupnya.
~Albert Einstein, 1879-1955,

Sudah banyak buku praktis tentang penulisan kreatif—meskipun belum ditemukan yang secara spesifik menyampaikan tentang penulisan fiksi sains. Arswendo Atmowiloto menulis buku Mengarang itu Gampang (1983), disusul Muhammad Diponegoro dengan buku Yuk Nulis Cerpen (1985), kemudian banyak bermunculan buku-buku dengan tema serupa. Di antaranya buku yang ditulis Hernowo Quantum Writing: Cara Cepat Nan Bermanfaat Untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis (2004), As. Laksana dengan buku Creative Writing: Tip dan Strategi Menulis Cerpen dan Novel (2005), Joni Ariadinata dengan buku Aku Bisa Nulis Cerpen #1 dan #2 (2008) dan puluhan buku serupa dengan pengarang yang berbeda.

Meski mengangkat tema yang kurang lebih sama, tetapi buku-buku tersebut memiliki ciri khas tersendiri. Tentang kesamaan tema, sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan. Karena ajakan untuk menulis memang harus terus digalakkan. Semakin banyak buku semacam itu, maka akan semakin banyak orang tergugah dan menyadari bahwa menulis merupakan sesuatu yang penting.

Ada banyak manfaat yang bisa kita peroleh dari aktifitas menulis. Selain bisa menyehatkan jiwa dan raga kita, menulis juga melatih kita untuk membiasakan berpikir mencari solusi. Menulis adalah cara kita untuk berbagi, menyampaikan gagasan, dan apapun yang kita lihat dan rasakan. Dengan menulis maka kita turut andil dan menjadi bagian dari sebuah peradaban.

Sayangnya, meskipun banyak orang sudah tahu besarnya manfaat menulis, tetapi banyak orang pula masih enggan untuk melakukannya. Banyak yang mengaku berhasrat ingin menjadi penulis, tetapi itu percuma saja dan bahkan bisa menjadi penyakit dalam diri, jika itu tidak diikuti aksi. Senada dengan apa yang disampaikan William Blake (1757–1827), bahwa hasrat semata tanpa tindakan akan membiakkan penyakit.

Jika kamu memang ingin menjadi seorang penulis, pertama yang harus dilakukan adalah menulis itu sendiri. Menulis apa saja, boleh puisi, cerpen, catatan harian, dan lain sebagainya. Tidak usah merasa takut, apakah tulisan kita baik atau buruk. Dan jangan dulu berpikir apakah tulisan kita layak diterbitkan ataukah tidak. Menulislah saja. Ibarat memasuki hutan perawan, latihan menulis adalah usaha kita membuka jalan dengan membabati semak-semak belukar. Kalau jalan itu sudah kita buka, maka menulis pun akan menjadi mengalir lancar.

Latihan menulis terus-menerus adalah syarat utama agar kita dapat menulis dengan baik. Jangan hanya melihat kesuksesan Andrea Hirata atau J.K Rowling, tetapi lihatlah bagaimana proses kreatif mereka hingga melahirkan karya yang baik dan laris. Semua orang tahu bahwa untuk menjadi pengarang yang berhasil, pastilah dimulai dari nol.

Baiklah, mungkin kita tidak perlu berpanjang-panjang soal ini. penulis menganggap, kamu yang membaca tulisan di bagian ini sudah tahu banyak soal pentingnya menulis dan tentu memiliki gairah yang besar untuk menjadi seorang penulis. Karena itu, sebaiknya kita mulai mengerucutkan pembahasan tentang bagaimana langkah penulisan kreatif fiksi sains.

 Secara umum, paling tidak ada tiga tahapan yang harus dilalui untuk menghasilkan karya fiksi sains. Tiga tahapan tersebut, yaitu pertama tahan persiapan, kedua tahap pengerjaan, ketiga tahap perbaikan.


Tunggu postingan berikutnya ya.
Hal-hal Penting Sebelum Diketahui Sebelum Membaca Fiksi Sains

Hal-hal Penting Sebelum Diketahui Sebelum Membaca Fiksi Sains

Namun demikian, kita tahu, genre fiksi sains berbeda dengan fiksi pada umumnya. Unsur-unsur ilmiah di dalam fiksi sains adalah salah satu hal yang membedakan genre fiksi ini. Maka, supaya kita lebih bisa menikmati, menghayati, dan pengetahuan yang terkandung dalam fiksi sains lebih membekas, ada beberapa hal penting yang mesti diketahui:

1.  Kenali dulu buku yang akan kamu baca.

Sebelum kamu mulai membaca, kenali terlebih dulu buku tersebut, dari mulai judul, pengarang, penerbit, juga ringkasan dan tanggapan atas buku yang biasanya tertulis di sampul. Biasanya, pengarang fiksi sains yang baik adalah orang yang memiliki latar belakang sesuai dengan bidangnya, atau hobinya dalam bidang tertentu. Andrea Hirata, meskipun ia adalah seorang Master Ekonomi, tetapi ia menyukai dan sangat menguasai sains (fisika, biologi, georafi, dll) sehingga keilmuannya tersebut sangat mendukung pada karya-karyanya.

Tanggapan atas buku dari para tokoh atau yang dikenal dengan istilah endorsment biasanya mencerminkan baik tidaknya sebuah buku. Tetapi terkadang tanggapan tersebut ditulis secara berlebihan dengan tujuan menarik perhatian pembeli.

Karena itu, kita tidak boleh terkecoh dengan perkenalan awal dengan buku dari hanya melihat tampilan fisiknya. Cara yang paling efektif dalam mengenali sebuah buku sebelum membacanya adalah dengan membaca sinopsis atau resensi mengenai buku tersebut, bisa di media cetak maupun elektronik.

2.  Pilihlah fiksi sains yang ringan terlebih dulu.

Untuk tahap awal, mungkin kamu bisa memulainya dengan membaca karya fiksi sains ‘halus’ yang tidak terlalu tebal. Atau mungkin bisa mengawalinya dengan membaca cerita pendek yang bisa dibaca habis sekali duduk. Ingatlah, membaca bukanlah jenis pemaksaan. Kita tidak boleh merasa terbebani ketika membaca. Dan karenanya, untuk tingkat awal, membaca novel sains yang tebal dan masuk kategori keras, bisa jadi akan membuatmu merasa jenuh dan justru membuatmu meninggalkan dari petualangan-petualanganmu dengan karya-karya yang lain.

3. Memilih waktu dan tempat yang tepat

Sebenarnya kita bisa membaca kapan dan di mana saja. Tetapi karena aktivitas membaca buku membutuhkan konsentrasi, alangkah baiknya jika kita memilih waktu dan tempat yang tepat untuk membaca. Tidak mungkin kita membaca novel fiksi sains ketika guru sedang menerangkan rumus Matematika di dalam kelas. Selain tidak nyaman karena takut ketahuan sehingga konsentrasi buyar, kamu menjadi tidak paham apa yang Bapak/Ibu guru sampaikan. Akibatnya, kamu jadi rugi dua-duanya ‘kan?

Sebenarnya tidak ada salahnya kita membaca fiksi sains di atas bus, kereta api, atau pesawat. Selama kita bisa konsentrasi dan fokus, membaca di tengah keramaian tidak akan jadi masalah. Dari pada melamun, memandangi pohon-pohon yang berlarian, lebih baik kamu gunakan waktu luang tersebut untuk membaca. Membaca fiksi sains di kamar, pada malam hari yang sunyi, atau menjelang tidur, juga cocok. Keheningan akan membuat kita lebih bisa konsentrasi dan akhirnya lebih bisa menikmati dan menghayati cerita.

4.  Membaca runtut

Yakinlah, kita tidak akan pernah bisa menikmati dan menghayati cerita dalam karya fiksi sains jika cara kita membacanya sama dengan membaca berita. Bacalah dengan detail, kata-perkata, bukan dengan cara meloncat-loncat.

5. Membaca seperti “ngemil”.

Istilah membaca ngemil diperkenalkan oleh Hernowo, seorang Editor senior di sebuah penerbitan ternama. Membaca ngemil adalah membaca sedikit demi sedikit. Caranya: bacalah beberapa paragraf lalu berhenti. Tanamkan dan renungkan kembali apa yang baru saja dibaca. Itulah cara supaya kita tidak mudah melupakan hasil bacaan kita.

Membaca “ngemil”  sangat tepat diterapkan ketika kita membaca fiksi sains, ketimbang menggunakan teknik membaca cepat atau speed reading. Teknik speed reading, yang oleh sebagian orang disalah artikan menjadi membaca tergesa-gesa mungkin lebih tepat digunakan ketika pembaca sengaja memilih teks sastra sebagai bahan bacaan untuk melatih keterampilan dan kecekatan dalam membaca.

Membaca dengan cara ngemil merupakan cara terbaik dalam membaca fiksi sains. Sebab, terkadang dalam fiksi sains dibutuhkan pemahaman mencerna teks yang agak rumit. Dengan membaca “ngemil” kita memiliki jeda waktu untuk mencerna dan memahami teks tersebut.
Kiat Efektif Membaca Fiksi Sains

Kiat Efektif Membaca Fiksi Sains

Nah! kamu sudah merubah cara pandangmu terhadap buku ‘kan?  Jika belum, saya sarankan untuk rehat sejenak dan tanyakan kepada teman-teman atau orang-orang di sekitarmu yang mencintai buku.

Sekarang (saat kamu membaca ini) kamu telah berkarib dengan buku dan menganggapnya sebagai makanan yang sangat dibutuhkan bagi ruhani. Mohon kamu tidak perlu lagi untuk membeda-bedakan buku tertentu. Kiranya lebih baik kamu mencintai semua jenis buku ketimbang hanya buku-buku tertentu saja. Termasuk buku-buku fiksi sains, tidak tepat jika kamu menganggapnya sebagai buku-buku yang hanya bisa dinikmati oleh orang-orang pintar. Jangan kamu menyangka bahwa buku fiksi sains itu rumit atau hanya membikin pusing hingga kamu lebih memilih novel-novel percintaan saja. Sebagian orang mungkin mengangap bahwa fiksi sains hanya berisi cerita-cerita asing, teknologi-teknologi yang tidak masuk akal, alien-alien yang aneh, dan lain sebagainya. Anggapan tersebut boleh saja, meski bersifat memojokkan dan tidak ilmiah. Jika kamu bertemu orang semacam itu dan mendengar penilaian dari mereka tentang buku fiksi sains, jangan langsung percaya, sebelum kamu membacanya sendiri. Sebab setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda.

Baiklah, kiranya perlu ditegaskan di sini bahwa menjadi pecinta buku atau kutu buku saja masih kurang. Mungkin kamu pernah menemui seorang kutu buku, yang menamatkan novel tebal dalam semalam, tetapi ketika ditanya isinya ia geleng-geleng kepala. Pahamlah kita sekarang, bahwa membaca tidak boleh asal-asalan. Sebagaimana menjaring ikan, membaca juga memerlukan strategi supaya bisa menjaring makna di lautan kata.

Strategi dalam membaca biasanya ditentukan oleh tujuan kita dalam baca. Karena itulah, tentukan dulu apa tujuan utamamu membaca fiksi sains? Apakah sekadar untuk kepentingan memperoleh informasi secara umum, misalnya untuk mengetahui sinopsis dan alurnya saja. Atau lebih dalam lagi, kamu ingin juga memperoleh informasi khusus yang biasanya berhubungan dengan nilai atau renungan tentang aspek kegamaan, filsafat, politik, sains dan berbagai problem lainya dalam karya tersebut.

Tujuan membaca fiksi sains yang baik, secara umum sama sebagaimana membaca genre fiksi lainnya. Kita mesti melandasinya dengan tujuan untuk dapat menikmati, menghayati, dan sekaligus menghargai unsur-unsur keindahan yang terpapar dalam teks sastra.
Mari Mengkaji Prosa Fiksi Sains!

Mari Mengkaji Prosa Fiksi Sains!

Istilah prosa fiksi sains terdiri dari tiga kata, yakni “prosa”, “fiksi” dan “sains.” Fiksi sains sendiri sering pula disebut sebagai fiksi ilmiah atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah science fiction (sering disingkat Sc-Fi).

Secara bahasa “prosa” diartikan sebagai karangan bebas. Sedangkan “fiksi” biasa diartikan sebagai cerita rekaan. Aminuddin (2002: 66) mengartikan prosa fiksi sebagai kisahan atau cerita yang diemban oleh palaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Contoh dari prosa fiksi adalah cerita pendek, novel, dongeng, dan jenis-jenis prosa lain yang sifatnya adalah cerita rekaan.
Dalam Kamus Istilah Sastra (Zaidan, Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, Hani'ah, 2004: 51) fiksi sains disamakan dengan cerita rekaan ilmu. Fiksi sains memiliki bentuk kisahan yang alur, tema, dan latarnya disajikan secara imajinatif, berdasarkan pengetahuan dan teori ilmiah spekulatif yang masuk akal. Contohnya seperti kisah perjalanan ke ruang angkasa, petualangan di dasar laut, munculnya makhluk aneh, atau petualangan di planet lain.

Tidak jauh berbeda dengan itu, Korrie Layun Rampan (1999: 218) mengartikan fiksi sains sebagai jenis sastra yang berdasarkan pada ilmiah-aktual dan mutakhir, menggambarkan petualangan di angkasa raya, atau cerita futurologis yang menggambarkan keadaan dunia yang di masa depan.

Terkadang ada yang menyamakan antara fiksi sains dan fiksi fantasi. Padahal keduanya jelas sekali berbeda. Fiksi sains ditulis dengan landasan ilmiah. Sedangkan cerita-cerita yang digolongkan sebagai fiksi fantasi biasa berupa kisah-kisah yang tidak punya dasar ilmiah, melainkan murni khayalan pengarangnya. Biasanya, fiksi fantasi menceritakan tentang dunia antah berantah, tokoh-tokoh yang memiliki kekuatan supranatural, monster, binatang aneh, dan lain-lain yang tidak disertai dan didukung dengan argumen-argumen dasar-dasar ilmu pengetahuan.

Karya fiksi berbeda dengan non-fiksi. Perbedaannya, menurut Harry Guntur Tarigan (1991: 22) terletak pada tujuannya. Maksud dan tujuan narasi non-fiksi, seperti sejarah, biografi, dan lain sebagainya adalah untuk menciptakan kembali segala sesuatu yang telah terjadi secara aktual. Dengan perkataan lain dapat kita katakan bahwa narasi non-fiksi dimulai dengan mengatakan, “karena semua ini fakta maka beginilah yang harus terjadi. Sedangkan narasi fiksi dimulai dengan mengatakan, “seandainya semua ini fakta maka beginilah yang akan terjadi”.