IPTEK dan Kekuatan Imajinasi (1)

"Bangsa yang tidak mempunyai "imagination", tidak mempunyai konsepsi-konsepsi besar! Tidak mempunyai keberanian - padahal yang kita lihat di negara-negara lain itu, Saudara-saudara, bangsa bangsa yang mempunyai "imagination", mempunjai fantasi-fantasi besar: mempunyai keberanian ; mempunyai kesediaan menghadapi resiko…..
(Ceramah Presiden Soekarno di Semarang, 29 Juli 1956)


Imajinasi merupakan salah satu hal yang tidak bisa dilepaskan bagi seorang penulis karya fiksi. Seorang pengarang tidak akan bisa menciptakan karya tanpa imajinasi. Namun demikian imajinasi penting dimiliki tidak hanya bagi seorang pengarang atau seniman saja, melainkan bagi semua orang. Sebab imajinasi merupakan sumber dari berbagai penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Begitu pentingnya imajinasi sampai-sampai Einstein yang merupakan tokoh sains masyhur dunia pernah mengatakan, “imajinasi lebih penting daripada pengetahuan.” (Alan, Emil Burton, 2008: 36) Kenapa Einstein berani mengatakan demikian?

Tentunya apa yang dikatakan Einstein tersebut bukanlah omong kosong. Imajinasi lebih utama daripada ilmu pengetahuan, sebab imajinasi tidak terbatas pada ruang dan waktu, sedang pengetahuan bersifat terbatas. Pengetahuan adalah hasil. Sementara hasil membutuhkan alat, dan alat untuk mendapatkan pengetahuan itu sendiri adalah imajinasi. Karena itulah, selain imajinasi memiliki jangkauan yang luas, kelebihan imajinasi adalah juga karena aspek kegunaannya, yakni sebagai alat mencapai pengetahuan.

Imajinasi sering diartikan sebagai daya pikir untuk membayangkan di angan-angan atau menciptakan cerita, gambar, lukisan, karangan, dan penggambaran kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. (Kartono, 2009: 173) Dengan imajinasi manusia akan membayangkan hal-hal baru, penemuan-penemuan baru, dan kemudian berusaha mewujudkan dan mendapatkannya. Seandainya manusia tidak memiliki daya imajinasi dalam akalnya, manusia tidak akan pernah berkembang. Dengan demikian, rendah atau tumpulnya imajinasi masyarakat di sebuah bangsa bisa menjadi penghambat kemajuan.

Menurut Mahmud Mahdi (2006: 111) imajinasi dibagi menjadi dua, yaitu imajinasi re-kreatif dan imajinasi kreatif. Membayangkan sesuatu kejadian yang telah diketahui disebut dengan imajinasi re-kreatif. Sementara imajinasi kreatif adalah membayangkan sesuatu atau kejadian yang belum terjadi atau diketahui.

Contoh imajinasi re-kreatif adalah membayangkan masa-masa ketika dulu kita duduk di bangku sekolah dasar. Contoh mudah imajinasi kreatif adalah membayangkan mendarat atau terbang menuju bulan padahal kamu belum pernah pergi ke sana.

Dengan imajinasi kreatif itulah manusia bisa berhasil menciptakan hal-hal baru. Termasuk juga penemuan-penemuan baru dalam bidang IPTEK selalu dimulai dari sebuah imajinasi. Kapal selam, pesawat, radio, televisi, robot dan semua penemuan modern adalah buah dari dunia imajinasi manusia.

Penting diketahui bahwa imajinasi bukan sekadar impian atau khayalan kosong. Imajinasi harus dibedakan dengan fantasi, halusinasi, atau lamunan yang hampa. Fantasi, halusinasi atau lamunan kosong bisa dikatakan tanpa visi dan orientasi, serta cenderung dilakukan tidak sadar. Sedangkan imajinasi jelas mempunyai visi dan tujuan serta lebih banyak dilakukan secara sadar.

Memang, imajinasi kerap terkait dengan mimpi, tetapi itu hanya sebagai rangsangan belaka bagi lahirnya imajinasi. Mimpi yang muncul tersebut oleh daya cipta kita diolah menjadi rumusan imajinasi, dan oleh imajinasi itu dibawa ke dalam dunia realitas. Maka, imajinasi itu pada prinsipnya adalah mengakses data dari mana pun asalnya untuk dipresentasikan ke alam nyata. (Muhibbuddin, 2011: 22)

Karena itulah, imajinasi merupakan sumber lahirnya kreativitas. Sebab ciri khas dari kreativitas adalah kemampuan untuk mengolah sesuatu yang biasa menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Jadi, kian jelas sekarang imajinasi sangat berguna sebagai titik tolak untuk menemukan hal-hal yang baru.

Sebagian manusia ada yang lebih senang dengan sesuatu yang sifatnya telah dipakemkan. Mereka yang berpikiran seperti itu mempercayai begitu saja teori-teori yang sudah ada. Untungnya masih ada, meski tidak banyak, orang-orang yang berpikir dan bertindak di luar kebiasaan-kebiasaan yang sudah ada. Justru orang yang sedikit itulah yang telah menyumbangkan perubahan-perubahan besar terhadap dunia.













Share this

Related Posts

Previous
Next Post »