Pentas Teater: “Lalyla-Majnun”

 

312181_4829022652278_2057172532_nAlhamdulillah, pentas teater Anyar MTs Negeri Wonosobo (30/5/2013) bisa berjalan dengan lancar dan mendapatnya apresiasi yang meriah dari berbagai pihak. Pentas tersebut dilaksanakan berbarengan dengan acara wisuda kelas 9 dan disaksikan lebih dari 500 penonton yang terdiri dari, siswa dan wali siswa kelas 9, guru dan karyawan, dan tamu undangan.

Selaku pembimbing Teater Anyar saya merasa bergembira. Dan berikut saya posting naskah yang telah kami pentaskan. Sebuah naskah sederhana, yang ide, tokoh, alur, dan dialog-dialognya kami garap secara bersama-sama.

Barangkali naskah kali ini cukup “gila”. Karena kami mengangkat sebuah tema, yakni Cinta. Terus terang kami terinspirasi dengan hikayat Layla-Majnun yang terkenal . Tetapi, kami membuat sesuatu yang berbeda dari kisah tersebut, dengan mengontekstualkan cerita. Jadilah seperti ini: 

 

Layla-Majnun
Sebuah Naskah Lakon
oleh: Teater Anyar
(Angkatan 2013)

Pemain:

Layla : Himda Nur Ika

Majnun : Ghulam dan Nadhir

Ibu Layla : Nur Sabrina

Ibu Majnun : Ayu Utami

Dukun : Nada Fitriana

Fans Majnun 1 : Khalidatus Saadah

Fans Majnun 2 : Annisa Mukaramah

Fans Majnun 3 : Puput Verdina P

Teman Layla 1 : Annisa Juli Anggraeni

Teman Layla 2 : Manawiyah

________________________________________________________________

BABAK 1

Opening Music

Sekelompok pelajar sedang merayakan kelulusannya.

Majnun:

Akhirnya kita lulus juga

FM1, 2, 3 dan 2 teman Layla:

(menyahut serentak)

Alhamdulillah

FM3:

Akhirnya ga’ ketmu bu endang lagi

FM2:

Sttt…, jangan keras-keras. Bu Endang ada di belakang

Majnun:

Lima tahun di Sekolah ini rasanya seperti seabad saja. Lamaaaaa

Ah, sudah kapok aku sekolah. Habis ini aku mau nikah saja kaliii.

Hemmm, siapa di antara kalian yang mau jadi calon istriku?

FM1:

Gimana kalau sma aku sj

FM2:

Sama aku aja

FM3:

Apaan si kalian, dia mah pantasnya sama aku.

Teman Layla 1

Kalau aku si maunya kuliah, biar jadi dokter.

Teman Layla 2:

Kalau aku pengennya jadi polwan, polisi yang budiman.

FM1, FM2, dan FM3 bertengkar memperebutkan Majnun.

Sementara Majnun justru mendekati Layla yang sedang terbengong.

Majnun:

Ekhem… (senyam-senyum) apa rencanamu setelah ini Layla?

Layla:

Itulah yg sedng aku pikirkan.

Majnun:

Mau nikah ya?

Layla:

(Mencibir)

Manjun:

Sama aku ya?

Layla:

(Mencibir lagi)

Ketiga Fans Majnun:

(mengagetkan mereka)

Hayoooo...

FM1:

Eh Majnun, kita pulang bareng yuk.

FM2:

Sama aku aja yang wangi.

FM3:

Sama aku aja, aman ga mungkin ditilang polisi, aku kan anaknya polisi.

Majnun:

Sebentar-sebentar, dengar ya…aku tidak takut sama polisi. Dan, mobilku sudah wangi. Selain itu, mobilku hanya muat 2 orang saja. Dengar itu.

FM 1:

hehe… asyik, berarti sama aku kan?

Majnun:

GR kau.

Ketiga Fans Majnun jengkel, terus pergi meninggalkan panggung.

Majnun:

Layla aku anter pulang ya.

Layla:

Tdk usah repot, aku jalan saja, kalau naik mobil entar aku muntah lagi.

Majnun:

Ah, bercanda aja, ayooo.

Layla:

Bener, aku jalan kaki aja. Malahan cepet sampai, tidak perlu muter-muter. Lagian, aku buru-buru.

Majnun:

Lha kenapa kok buru-buru? Mau belanja ya?

Layla:

Enggak.

Majnun:

Mau les ya?

Layla:

Enggak juga

Majnun:

Trus mau ngapain?

Layla:

Ngentasi pemean!

Layla pun berlalu.

DI RUMAH MAJNUN

Majnun:

Mami…..Mami..Mami dimana sih?

Mami:

Mami di kamar, ada apa sayang?

Majnun:

Mami...aku sudah lulus Mami. Kok ga kasih selamat?

Mami:

Wah, selamat ya sayang. Kau memang pintar!

Em, habis ini mau nerusin dimana?

Majnun:

Aku sudah bosen sekolah terus, Mam. SD-ku aja sudah 8 tahun, SMP 5 tahun, nggak mau sekolah lagi ah!

Mami:

Trus kalau tidak sekolah, mau ngapain?

Majnun:

Aku mau nikah aja, Mam.

Mami:

Apa? Menikah? Mami ga salah dengar.

Majnun:

Nggak dong, Mam.

Mami:

Trus mau nikah sm siapa, sudah punya calonnya.

Majnun:

Sudah dong. Anak siapa dulu… Mami..

Mami:

Ya sudah, kalau itu kemauanmu. Mami ngikut saja.

BABAK 2

LAMARAN

Mami:

Excuse me...

Ibu Layla:

Mangga...mangga... e lah…ana tamu sapa za....

Ana apa ya. Tidak ada prenjak, tidak ada kupu-kupu eh la kok kedatangan tamu ayu.

Mami:

Ngomong apa si dia? (melirik ke Majnun)

Majnun:

Itu bahasa banyumas km 4, Mam. Artinya, kita disuruh masuk

Ibu Layla:

Mangga…mangga

(setelah duduk)

Mami:

Maaf, kami tidak suka basa-basi. Gini lho bu, kedatangan kami kesini bermaksud ingin meminang putri anda.

Ibu Layla:

Waduh nglamar? Layla maksude?

Layla itu masih kecil. Disuruh masak aja kasinan. Apalagi nikah

Ibu itu ada2 saja.

Mami:

Saya serius lho, Bu.

Ibu Layla:

Saya lima rius. Layla itu masih punya masa depan yang panjang.

Dia masih ingin kuliah.

Mami:

Dengar sekali lagi ya, Bu. Kalau putri anda tidak mau ya tidak apa-apa.

Tapi, saya sumpahin nyesel 7 turunan.

(Melirik ke Majnun)

Ayo, anakku. Kita pergi saja, malu-maluin.

Toh mash banyak perempuan yg mau sama kamu..

Majnun:

(Mewek)

GODAAN:

Majnun nyaris gila. Dia berjalan sempoyoyongan tanpa tujuan.

Fans-fansnya datang menggodanya.

FM1:

Eh, Manjun... kita emang jodoh ya. Tahu-tahu ketemu disini.

Majnun:

Jodoh, jodoh, gundulmu!

FM1:

Dasar sinting.

(berlalu pergi)

FM2:

Lho Majnun, kamu kenapa jadi kurus kaya gini, kesamber petir cintaku ya.

Wah, luar biasa ya kekuatan cinta.

Majnun:

Memang luar biasa. Tetapi bukan kamu yang membuatku begini...

FM2:

lhah terus siapa?

Majnun:

Layla.

FM2:

apa?

Majnun:

hahahahaaaa

FM2:

gemblung (pergi)

FM3:

Hem, lagi mikirin Adinda ya

Majnun:

Ya gitu deh.

FM3:

Walah, bener ternyata sesuai dg mimpiku semalam.

Majnun:

memangnya kamu mimpi apa?

FM3:

Dikejar ular.

Majnun:

Dikejar ular? (mengeluarkan ular2. )

FM3:

(lari berbirit)

Majnun

(Menceracau)

“Oh lilin jiwaku... jangan kau siksa diri ku, ketika aku mengelilingimu... kau telah memikatku, kau telah merampas tidurku, akalku juga tubuhku.”

wahai angin..
sampaikan salam ku pada Laila! tanyakan padanya adakah dia masih mau berjumpa denganku?
bukankah aku telah berkorban kebahagianku karenanya?
hingga diri ini terbiar, sengsara di padang pasir gersang.[1]

Bagaimana pun, aku harus mendapatkan Layla

BABAK 3

USAHA MAJNUN

Majnun:

Mbah... mbah...

Dukun:

Mbah..mbah! Mbahmu salto. Panggil aku nyonya subur.

Majnun:

Nyonya, nyonya Dukun? oke..oke.

Dukun:

Duduklah.

Majnun:

Begini mbah...

Dukun:

Oooh saya sudah tahu tujuanmu.

Majnun:

Jadi mbah, eh maksud saya, nyonya bisa membantuku.

Dukun:

Asal syaratnya kumplit.

Majnun:

Lhah ini sy sudah bawa jeruk, Nyonya.

Dukun:

Saya tidak suka jeruk.

Majnun:

Duren mau nyonya? Nanti saya bawakan 1 truk.

Dukun:

Enggak, saya sukanya…

Majnun:

Apa?

Dukun:

Jengkol.

Majnun:

O, jengkol, gampang itu.

Dukun:

Dan ada 1 lagi.

Majnun:

Apa nyonya?

Dukun:

Modem.

Majnun:

Hahaha…dukun aneh! Okelah! Gampang itu, gampang!

Apapun syaratnya pasti akan aku penuhi..

Dukun:

Mana fotonya.

(Majnun Memberikan foto)

(menerawang) wah... berat ini. Baru kali ini aku nemuin wajah seperti ini.

Majnun:

Tolonglah, nyonya!

Dukun:

Tenang. Jangan cengeng. Kamu pulanglah saja.

Biar aku yang ngurus semua. Nanti datang lagi ke sini dengan membawa syarat-syaratnya.

Dukun berusaha memantrai foto Layla, tetapi selalu mental.

LAYLA DAN DUA TEMANNYA

Teman Layla 1:

Aku tidak habis pikir, Layla. Kenapa engkau tidak mau menerima lamaran Majnun.

Teman Layla 2:

Apa kurangnya, Majnun? Ganteng, Kaya pula…

Teman Layla 1:

Mungkin kau perlu meralat penolakanmu.

Teman Layla 2:

Benar. Jika kau tidak berani, biar aku saja yang menemui Majnun.

Layla:

Jangan-jangan. (Termenung sejenak)

Sebenarnya…. Emmm…

Ah, tidak, tidak. Aku masih punya masa depan.

Ketampanan akan hilang pada waktunya.

Demikian pula dengan harta.

Aku ingin menggapai yang abadi.

Teman Layla 2:

Kau memang keras kepala.

Teman Layla 1:

Atau, aku saja yang mengantikanmu?

Teman Layla 2:

Kau ini. Pagar makan tanaman.

Layla:

Tidak apa-apa. Kalau sudah jodoh, tak akan lari kemana.

Perempuan yang baik akan berjodoh dengan lelaki yang baik.

Teman Layla 1 dan 2:

(Berdecak)

PERTEMUAN MAJNUN DAN LAYLA

Majnun:

Layla...tunggu...

Layla:

(menoleh)

Majnun:

Boleh aku mengatakan sesuatu.

Layla:

Katakan saja.

Majnun:

Aduh Layla aku memikirkanmu bermalam-malam. Kenyenyakan tidurku telah hilang. Kau telah membuatku gila, Layla.

Layla:

Aduh-aduh, aku jadi tersanjung ni.

Majnun:

Katakan padaku, Layla. Apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan cintamu.

Layla:

Emmm, apa ya? Begini saja… untuk saat ini aku belum

memikirkan soal itu. Terlebih lagi, agama kita kan berbeda.

Jadi, mustahil kita dapat bersama.

Majnun:

Aku bersedia masuk agamamu jika dengan itu kau akan menerimaku.

Layla:

Oh, itu tidak perlu kau lakukan kalau demi mengharapkan aku.

Agama itu soal hati, tidak bisa dipaksa-paksakan.

Majnun:

Aku paham, Layla. Tapi...

Layla:

Sudahlah, besok aku mau pergi ke negeri Gunung Tawang.

Mungkin empat tahun aku baru kembali.

Majnun:

Aku akan setia menunggumu, Layla.

Sampai kiamat pun aku akan tetap menunggumu.

ENDING

TETABUHAN REBANA MENYAMBUT KEPULANGAN LAYLA.

MANJUN YANG MENGENAKAN SARUNG DAN PECI SUDAH MENUNGGUNYA DI BERANDA. TUBUH DAN PENAMPILANNYA SUDAH BERUBAH DRASTIS. IA KINI MENJADI KURUS DAN KECIL.

Majnun:

Selamat datang, Layla.

Layla:

Kau…? Kau….

Majnun:

Lelaki yang sudah menunggumu selama empat tahun.

Layla:

Majnun?

Majnun:

(mengangguk dan tersenyum)

SELESAI


[1] Dipetik dari puisi Layla Majnun

 

Semoga untuk pentas-pentas tahun depan lebih baik lagi. amin.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »