TIK, Guru, dan Masa Depan Pendidikan Indonesia

masa depan pendidikan indonesia
M. Yusuf Amin Nugroho *)

Entah berapa banyak orang yang kerap memperlakukan teknologi tanpa rasa syukur. Guru-guru yang belum lancar mengetik Rencana Proses Pembelajaran (RPP) dengan bantuan laptop misalnya, yang dilakukannya bukan kemudian berlatih mengetik, melainkan lebih memilih mendownload dan bahkan membeli RPP yang sudah jadi. Kekufuran berjamaah semacam itu bukannya coba diakhiri dengan upaya pendayagunaan teknologi secara maksimal, melainkan justru dirawat dan pelihara. Ya Tuhan, ampunilah kami.

Sebenarnya, ketertinggalan kita dengan bangsa lain dalam bidang teknologi bukanlah semata pada segi kemampuan memproduksi, lebih-lebih daya masyarakat dalam membeli, melainkan lebih pada bagaimana kita memanfaatkan produk-produk teknologi yang sudah jadi.
Kita tahu, masa depan pendidikan Indonesia sangat ditentukan oleh bagaimana Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Guru menjalin ikatan yang kuat. Ibarat sekeping uang logam, guru dan TIK tidak bisa terpisahkan. Memang, teknologi pendidikan tidak sebatas pada TIK. Namun, jika guru abai pada TIK, niscaya langkahnya dalam mengemban amanat kemerdekaan akan terseok-seok di tengah jalan.
Pemanfaatan TIK dalam menunjang tugas profesi pendidik selama ini memang telah diupayakan oleh pemerintah. Namun, upaya tersebut lebih sering hanya berhenti pada proyek pengadaan sarana TIK, belum pada bagaimana pemanfaatan agar perangkat TIK yang tersedia dapat lebih berguna.

Dengan adanya peningkatan kesejahteraan yang cukup besar yang diterima oleh guru (khususnya guru PNS dan yang sertifikasi) mestinya dapat disisihkan sebagian untuk meningkatkan kualitas pribadinya sebagai pendidik. Selama ini yang kerap terjadi justru bertolak belakang; alih-alih kursus komputer, membeli buku, atau mengundang para blogger untuk membimbing membuat blog, banyak guru justru lebih tergiur untuk mengikuti trend gaya hidup. Harapan meningkatkan kesejahteraan guru untuk kemajuan pendidikan pun pupus. Dan sayangnya pemerintah tidak segera membuat kebijakan khusus untuk mengakhiri fenomena ini; misal, dengan mewajibkan guru yang sudah sertifikasi untuk memiliki laptop dan blog.

Tetapi kita cukup beruntung, karena di saat pemerintah cenderung abai pada guru-guru buta Information Comunication and Technology (ICT), muncullah orang-orang dan komunitas-komunitas nirlaba yang peduli. Mereka bergerak, turun langsung ke sekolah-sekolah, menyebarkan virus ngeblog kepada guru-guru di berbagai pelosok, menulis dan sharing tentang pentingnya TIK bagi guru dan kemajuan pendidikan negeri ini.
Kita patut angkat topi dan mengapresiasi mereka yang melakukan gerakan mensyukuri teknologi, khususnya bagi guru-guru yang masih asing dengan dunia IT. Sebab menunggu pemerintah bergerak sama saja menunggu hujan di musim kemarau.
Ibarat air bagi orang kehausan, pengoptimalan pemanfaatan TIK untuk menunjang proses mengajar merupakan satu hal yang mendesak. Kita tahu, TIK sendiri sifatnya tidaklah ajeg, melainkan terus berkembang. Semakin lama mengabaikan pemanfaatan TIK, maka semakin sulit pula kita mengejar ketertinggalan.

Saya pernah mengadakan survey tentang bagaimana para siswa memanfaatkan teknologi internet. Ajakan survey itu saya pasang di blog, dan di sanalah para siswa saya, yang menjadi sampel, mengisi kuisioner. Hasilnya bisa anda lihat di sini.

survey pemanfaatan internet Sebagaimana Anda tebak, hasil survey yang saya lakukan menunjukkan bahwa ungkapan syukur atas nikmat teknologi yang dilakukan oleh siswa tidak jauh beda dengan yang dilakukan oleh guru pada umumnya. Internet bagi anak-anak digital native memang tidak lagi menjadi makhluk asing. Tetapi sayangnya mereka menggunakan internet masih bolak-balik antara socmed, Youtube, dan game online. Sebagai guru kita mesti melek dan menyadari realitas ini, lalu berupaya bagaimana mengarahkan siswa didik untuk lebih mensyukuri teknologi.

Ngeblog: Puncak Gunung TIK

Bagaimana orang dikatakan telah optimal dalam memanfaatkan teknologi? Orang boleh pintar membuat dan menjalankan slide pembelajaran, membuat software Exel, mendesain dengan Corel, bahkan membuat game. Tetapi ia belum bisa dikatakan sebagai orang yang optimal dalam memanfaatkan TIK ketika ia belum ngeblog.

Apakah saya berlebihan? Tidak juga. 
Jika TIK kita ibaratkan sebagai gunung, maka para blogger adalah orang-orang yang berada di puncak gunung TIK. Meski memang, ngeblog tidaklah sesulit membuat software atau game. Tapi ingatlah, puncak keilmuwan bukanlah ketika kita bisa menguasai dan memahami sesuatu, tetapi ketika kita sudi membagikan sesuatu (ilmu) yang kita miliki (meskipun hanya setetes) kepada yang lain.
Dengan membagikan ilmu yang kita punya, misal tentang pembuatan media pembelajaran interaktif (MPI), maka memungkinkan ribuan orang untuk bisa melakukan hal yang sama. Berbeda jika kita diundang untuk seminar, atau pelatihan, dengan peserta dan waktu yang sangat terbatas. Padahal belum tentu juga ada yang mau mengundang kita.

Kerelaan untuk berbagi melalui media blog menjadi cara sakti kita dalam mensyukuri teknologi. Lebih bagus lagi jika para guru juga mengajak siswa didik untuk ikut ngeblog, atau paling tidak mengenalkan kepada mereka tentang blog. Salah satu langkah strategis yang bisa dilakukan adalah dengan membuat blog dan menggunakannya sebagai media pembelajaran sekaligus sumber belajar bagi siswa didik kita.
tintaguru
Apa yang saya sarankan tersebut sudah saya lakukan sejak kurang lebih 5 tahun belakang. Saya menciptakan ruang belajar virtual bernama Ruang Siswa: Belajar Fiqih Seru, Tanpa Dibatasi Ruang dan Waktu. Saya tantang mereka untuk ulangan harian online, dan tidak lupa pula saya memberikan materi-materi pengayaan melalui blog.
Kita paham, memberikan petuah saja tidak cukup. Anak-anak sudah paham jika korupsi itu haram, betul? Mereka juga bukan tidak tahu bahwa sebenarnya selain socmed dan game online juga banyak fasilitas lain yang tersedia di internet. Mereka sudah bisa membedakan baik dan buruk. Maka, tugas guru dan orang tua adalah bagaimana mengarahkan mereka untuk mendayagunakan teknologi dengan baik, salah satunya adalah memanfaatkan blog sebagai media dan sumber belajar bagi mereka.
Selain di gunakan sebagai media dan sumber belajar siswa, blog guru juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk mendokumentasikan karya-karya siswa, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekolah. Karenanya, saya juga membuat saluran Youtube yang khusus menampung video pembelajaran dan hal-hal penting yang terjadi di sekolah, dan tidak lupa menautkannya di blog.
image
Klik gambar untuk mengunjunginya!

Manfaat memiliki blog yang digunakan sebagai media pembelajaran akan berlipat ganda. Apa yang kita share di blog tidak hanya akan dimanfaatkan oleh siswa didik kita, tetapi juga oleh orang lain yang jumlahnya tak terkira. Jika ini dilakukan dengan ikhlas, tentu akan menjadi amal jariyah yang tak nilainya tak terbatas.

Demikianlah, TIK ada untuk kita, untuk memudahkan kerja manusia. Tetapi tanpa usaha memanfaatkannya secara optimal, TIK tak lebih seperti mutiara di mulut kerang. Perubahan memang tidak bisa terjadi sekerdipan mata. Dan karenanya, kita perlu menjadi bagian dalam mengawal perubahan, salah satunya dengan bersetia mengampanyekan gerakan guru melek TIK. Mari kita mulai dari diri sendiri.

Sebelumnya saya juga sudah menulis beberapa artikel terkait Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam menunjang proses mengajar, yang bisa dijadikan bacaan pendukung untuk artikel ini. Berikut adalah bacaan pendukung untuk artikel berikut:
>> Internet, ICT dan Dunia Pendidikan
>> Pemanfaatan Blog Sebagai Media E-Learning
>> Pendidikan di Era Digital dan Hilangnya Mapel TIK
>> Respon Siswa Terhadap Ulangan Harian Online
>> Blog Guru dan Blog Bukan Guru
>> Tujuan UKG 2015

Ulasan Lengkap Seputar Sumber Belajar

Ulasan Lengkap Seputar Sumber Belajar

Dalam istilah Bahasa Inggris sumber belajar sering disebut dengan learning resources. Secara umum sumber belajar diartikan sebagai segala sesuatu baik itu buku, orang dan alat tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam kegiatan belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.

Sumber belajar memiliki cakupan yang lebih luas dari media pembelajaran. Media pembelajaran sendiri adalah bagian dari sumber belajar. Menurut Mulyasa[1], sumber belajar dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan-kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar-mengajar. Sehingga, sumber belajar dapat berupa segala sesuatu yang ada baik manusia, bahan, alat, pesan, teknik, maupun lingkungan yang dapat dijadikan tempat untuk mengungkap suatu pengalaman belajar dan memberikan kemudahan-kemudahan dalam memperoleh informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap yang lebih baik.

Definisi sumber belajar yang lain juga telah ada dalam buku petunjuk pelaksanaan Pendidikan Agama Islam untuk guru agama SMP, dikatakan:

“Sumber/sarana pengajaran adalah: alat-alat dan media pengajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga tercapai tujuan pengajaran secara maksimal, misalnya: buku siswa, perlengkapan sholat, alat peraga, dan lain-lain.”[2]

Sumber belajar dapat didapatkan oleh peserta didik di dalam maupun di luar sekolah. Dengan sumber belajar itulah maka peserta didik dapat semakin termudahkan dalam proses belajar tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Berdasarkan asal-usul sumber belajar Mulyasa[3] membaginya menjadi 2 (dua) bagian:

a. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design)

Yaitu sumber belajar yang sengaja dibuat untuk tujuan instruksional. Sumber belajar jenis ini sering disebut sebagai bahan instruksional (instructional materials). Contohnya adalah bahan pengajaran terprogram, modul, transparansi untuk sajian tertentu, slide untuk sajian tertentu, guru bidang studi, film topik ajaran tertentu, komputer instruksional, dan sebagainya

b. Sumber belajar yang sudah tersedia (learning resources by utilization)

Yaitu sumber belajar yang telah ada untuk maksud non instruksional, tetapi dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang kualitasnya setingkat dengan sumber belajar jenis by design. Contohnya adalah taman safari, kebun raya, taman nasional, museum bahari, kebun binatang, dan sebagainya.

Terkadang peserta didik tidak tahu bahwa disekelilingnya terdapat sesuatu yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar. Di sinilah seorang guru penting untuk mengenalkan kepada mereka bagaimana memanfaatkan sumber belajar yang ada.

Jenis-Jenis Sumber Belajar

Belajar tidak sebatas membaca buku atau mendengarkan sang guru ceramah di depan kelas. Belajar bisa dilakukan dengan banyak cara, dan tidak terbatas pada ruang sekolah. Tuhan menciptakan segala sesuatu, termasuk kejadian-kejadian yang kita alami salah satunya adalah agar manusia dapat terus belajar. Karena itulah, dapat dikatakan bahwa sebenarnya sumber belajar sangatlah luas dan tidak terbatas jumlahnya.

Meski begitu, sumber belajar dapat di kelompokkan dan diklasifikasikan berdasarkan jenisnya masing-masing. Fatah Syukur mengklasifikasikan sumber belajar menjadi 5 (lima) jenis, yaitu sebagai berikut:

a. Pesan (massage)

Yaitu, sumber belajar yang berupa informasi yang harus disalurkan oleh komponen lain berbentuk ide, fakta pengertian atau data. Contoh; bahan-bahan pelajaran, cerita rakyat, dongeng, nasihat, dan lain sebagainya

b. Manusia (people)

Orang yang menyimpan informasi atau menyalurkannya. Tidak termasuk yang menjalankan fungsi pengamanan dan pengelolaan sumber belajar. Contoh sumber belajar berupa orang adalah guru, aktor, siswa, pembicara, pemain, dan lain sebaginya. Tidak termasuk tim teknisi dan tim kurikulum.

c. Bahan (materials)

Sesuatu, bisa disebut media/software yang mengandung pesan untuk disajikan. Contoh; transparansi, film, slide, tape, buku, gambar, dan sebagainya.

d. Peralatan (devices)

Sesuatu, bisa disebut media/hardware yang menyalurkan pesan untuk disajikan yang ada di dalam software. Contohnya adalah OHP, TV, kamera, papan tulis, komputer, dan sebagainya.

e. Metode/teknik (technique)

Prosedur atau cara yang disiplin dalam memanfaatkan bahan, peralatan, atau situasi untuk menyampaikan pesan. Contohnya ceramah, diskusi, simulasi, belajar mandiri dan sebagainya.

f. Lingkungan

Situasi sekitar di mana pesan disampaikan. Contoh; ruang kelas, studio, aula, dan sebaginya.

Masih menurut Fatah Syukur, bahwa selain klasifikasi sumber belajar di atas ada juga klasifikasi lain yang biasa dilakukan terhadap sumber belajar, yaitu sebagi berikut:

a. Sumber belajar cetak: buku majalah, koran, brosur, poster, denah, kamus, ensiklopedi, dan sebaginya
b. Sumber belajar non cetak: film, slides, video, model, audocassette, transparansi, realita, objek, dan sebagainya
c. Sumber belajar yang berbentuk fasilitas: perpusatakaan, ruangan belajar, carrel, studio, lapangan olah raga, dan sebaginya
d. Sumber belajar yang berupa kegiatan: wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi, permainan dan sebagainya
e. Sumber belajar yang berupa lingkungan di masyarakat: taman, terminal, pasar, toko, pabrik, museum, dan sebagainya.

Tidak dipungkiri, sumber belajar memiliki peran yang besar dalam menentukan kesuksesan proses pembelajaran. Berikut ini adalah beberapa manfaat sumber belajar:

a. Dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret dan langsung.
b. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara langsung dan kongkrit. Misalnya denah, sketsa, foto, film, majalah dan sebagainya.
c. Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas, misalnya buku teks, foto, film, nara sumber, majalah dan sebagainya.
d. Memberikan informasi yang akurat dan terbaru. Sumber belajar juga dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru. Misalnya : Informasi yang di dapat anak melalui buku bacaan majalah yang terbit tiap minggu untuk anak dan nara sumber. Selain memberikan informasi terbaru, juga akan meningkatkan minat baca anak dan terlatih untuk senantiasa haus akan informasi.
e. Meningkatkan motivasi belajar anak. Kreativitas guru untuk memilih dan memanfaatkan berbagai sumber belajar akan mendorong anak menyenangi kegiatan belajarnya karena anak diberikan pilihan sumber pengetahuan, sumber informasi dan sumber belajar yang beragam.
f. Mengembangkan kemampuan berfikir anak secara lebih kritis dan positif. Dengan diberikannya berbagai alternatif sumber belajar kepada anak, kemampuan berfikir kritis anak akan semakin meningkat. Hal tersebut di tunjukan oleh anak dengan banyak mengemukakan pertanyaan terhadap berbagai fakta, peristiwa, kajadian yang ditemukannya di tempat yang disediakan sebagai sumber belajar.

-----------------
catatan:

[1] Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002), hal. 48
[2] Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Depag RI, bagian Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam pada SMTP, 1987/1988), hal. 14.
[3] Mulyasa, Manajemen., hal. 50-51